Thursday 18 October 2012

Sejarah Desa Wanurejo

Desa Wanurejo, babad desa ini di mulai oleh BPH ( Bendoro pangeran Harjo ) Tejokusumo, beliau lahir dari kraton Mataran ( Yogyakarta ) 17 Mei 1769, dan merupakan putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono II, dari garwo ampean bernama Dewi Rantamsari. Setelah beliau diberi tanah perdikan bernama Wonorejo. Wonorejo pada masa itu merupakan wilayah Kraton Mataram, beliau dinobatkan sebagai Adipati pada tanggal 17 Mei 1799 dan bergelar Wanu Tejokusumo.
Eyang Wanu Tejokusumo menikah dengan Roro Ngatirah ( putri dari Pangeran Puger II dari garwo ampean Siti Sundari ). Tujuan pemberian tanah perdikan itu adalah untuk memperkuat jaringan perjuangan pribumi dalam mempertahankan bumi pertiwi dari penjajahan Belanda.
Perintahan Wonorejo pada waktu Eyang Wanu Tejokusumo mengajak saudaranya ipar yaitu Eyang Tjokroprawiro  yang kemudian diangkat menjadi Patih. Untuk melengkapi pemerintahannya Eyang Wanu Tejokusumo mengangkat :

Eyang Benawi ( menantu Pangeran Puger II ) sebagai Panglima Perang
Eyang Brojokumoro sebagai Kepala Keamanan
Eyang Singo Leksono sebagai Staf Pemerintahan
Eyang Eyang Suro Negoro sebagai Sesepuh Kadipaten
Eyang Surokerto ( Eyang Beji ) di tempatkan sebagai Demang ( sekarang desa itu disebut Gedongan )
Eyang Mahesa Amanto ( Eyang Sorok / Bregodo ) di tempatkan didaerah Soropadan ( sekarang )
Eyang Suro Wongsoprawiro ( Eyang Jugil ) di tempatkan di daerah Jowahan ( sekarang ), beliau terkenal sebagai pembobol logistik Belanda untuk kepentingan pribumi.
Eyang Pembarep di tugaskan di daerah Barepan ( sekarang ).
Eyang Mubharok ( adik kandung Eyang Tjokro Prawiro ) ditugaskan untuk syiar Islam.
Pada tahun 1825 ketika perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap kolonialisme Belanda disepanjang pegunungan Menoreh, Eyang Wanu Tedjokusumo menyamar sebagai Wanurejo dan bersatu dengan Pangeran Diponegoro melawan Belanda, sebagai bukti sekarang masih tersimpang Bedhug ( genderang perang ) yang ada di Masjid Tiban Baitur Rohman ( di dusun Tingal Wetan ).
Pada tahun 1835 karena putra Eyang Wanu Tejokusumo ditinggal di Mataram maka ditunjuklah penganti pimpinan pemerintahan Wonorejo adalah Patih Tjokro Prawiro dan untuk jabatan patih ditunjuk Eyang Benawi. Pada tahun 1836 Eyang Wanu Tejokusumo meninggal dunia, dan untuk menghormati jasa jasa beliau nama Kadipaten Wonorejo di ganti menjadi Desa Wanurejo sampe sekarang.

1 comment:

  1. Perkenalkan saya adalah Dana Paristya. Saya adalah salah satu keturunan dari Eyang Tjokro Prawiro generasi ke 6, melalui ibu saya Suweni, Eyang Djafar Suromihardjo, Eyang Joyo Taruno dan Eyang Tjokrodiwiryo.

    ReplyDelete